Selasa, 05 Mei 2015

Endless game (2)

Oh Ayolah, ini hanya berkenalan, tak perlu gugup sampai sejauh ini bukan?. Well harus kuakui, tanganku mulai bergetar sekarang. mungkin karena tangan ini terjulur terlalu lama, atau mungkin karena tatapan anehnya. Wajahnya terlihat bingung sekarang, siapa yang tidak bingung. Jika tiba-tiba ada seseorang yang tidak kau kenal menjulurkan tangannya untuk berkenalan. Apalagi jika tampangnya terlihat tidak terlalu baik, mungkin saja ia seorang pemerkosa, pencuri ataupun pembunuh. Kini ia melangkah agak jauh, mungkin karena tatapan anehnya tidak berhasil mengusirku pergi, jadi ia mengambil inisiatif lain seperti, mulai menjauh dariku. "Saya cuma mau kenalan doang mbak nggak lebih", tapi kalimatku tidak ia terima dengan cukup baik. langkah kakinya mulai jauh melebar. Aku sudah mengatakan sebelumnya bukan?jika perkenalan bukanlah hal yang mudah, sejauh ini. Tanganku masih terjulur, kini otot-otot tangan mulai mengeras, mungkin sebentar lagi akan kesemutan. Memberanikan diri, kini mulutnya mulai sedikit terbuka, namun wajahnya masih terlihat aneh. "Mas...", suaranya terdengar lembut, seperti angin yang mengisi masuk ruang dalam telinga, jantungku semakin berdegup kencang, keringat semakin bercucuran di wajah, hingga akhirnya. "Itu...risletingnya di naikin dulu coba".

Minggu, 03 Mei 2015

Endless Game (1)

ketika aku melihatmu, yang kutahu adalah, aku telah bermain dengan sebuah permainan yang tidak akan pernah bisa aku selseaikan. layaknya sebuah game, berkenalan adalah salah satu quest yang harus aku selesaikan terlebih dahulu sebelum lanjut ke tahapan berikutnya. tahap awal yang cukup sulit memang, karena pada dasarnya berkenalan tidaklah mudah, aku harus mengumpulkan seluruh energi dan kepercayaan diri. dan cara berkenalan juga akan menentukan, bagaimana diriku akan melanjutkan ke tahapan selanjutnya. mungkin ini saatnya, aku mulai bangkit dari kursi taman yang sudah lama aku duduki. aku mulai berjalan menghampiri wanita dengan paras yang manis, langkahnya yang anggun dan senyum yang mempesona. tekad bulat dan kepercayaan diri yang sudah lama aku kumpulkan tadi, tiba-tiba sirna. bagai tersapu gelombang semua tidak ada yang tersisa. tidak, aku tidak mungkin bisa menyelesaikan quest ini sekarang. aku terlalu takut untuk menemuinya saat ini. namun langkah yang kuambil sudah terlalu jauh, tidak ada waktu untuk kembali. hingga akhirnya, tanganku terjulur dengan sendirinya, keringat mulai bercucuran melewati pelipis mata. "Hai, Boleh Kenalan?", kataku dengan senyum agak memaksa.

Senin, 27 April 2015

Ah

Aku sedang terduduk diatas kursi kantor yang tidak empuk sama sekali. Bergelut dengan sejumlah pekerjaan, aku sempatkan membuka beberapa sosial media lewat telepon seluler, mungkin ini bisa mencegah kantuk. Satu persatu mulai kubuka,twitter,facebook,friendster. Tidak, mungkin aku sudah tidak lagi bermain friendster, terlalu kuno. Aku telusuri jalan cerita manusia-manusia dalam dunia yang maya, Monoton. Mereka merengek serta mengeluh, marah-marah mengeluarkan kalimat sumpah serapah. Entahlah, aku tidak tau apa yang mereka pikirkan ketika mereka menulis seperti itu untuk di publish dan dibaca oleh khalayak ramai. Kulepaskan genggamanku dari ponsel seluler, dan mulai melanjutkan pekerjaan. Sepertinya media sosial tidak berhasil mengusir kantukku. Hingga akhirnya, telepon selulerku bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Kuraih telepon seluler yang berada tidak jauh dari gelas kopi yang kuletakkan diatas meja kerjaku pagi ini. Tumben, tidak biasanya telepon selulerku bergetar. Kulihat siapa yang mengirim pesan singkat itu. Seketika, mataku mulai berbinar, pipiku merona merah. Dan hujan mulai turun rintik-rintik.